Meskipun pada umumnya wanita di Indonesia menggunakan pembalut saat menstruasi, namun tak jarang Tampon menjadi pilihan alternatif lain yang digunakan pada saat menstruasi. Tampon adalah penampung darah haid berbentuk silinder kecil yang dibuat dari bahan-bahan penyerap cairan seperti katun, rayon, dsb. Bagi mereka yang bergerak aktif dan memiliki aktivitas dengan intensitas yang tinggi, maka Tampon terkadang menjadi solusi sebagai pengganti pembalut pada saat menstruasi.
Penggunaan Tampon tidak akan terlihat dari luar celana dalam seperti ketika Anda mengenakan pembalut yang terkesan tebal dan mengganjal. Bentuk Tampon yang kecil membuat alat ini sangatlah digemari bagi para wanita yang kerap aktif bergerak saat menstruasi. Adapun cara pemakaiannya, yaitu dimasukkan ke vagina agar alat tersebut dapat menyerap darah haid dengan baik dan benar.
Umumnya, Tampon harus diganti setiap 4-8 jam sekali agar tidak menimbulkan infeksi pada vagina. Namun, pernahkah Anda membayangkan ketika Tampon tersebut tertinggal di vagina Anda selama dua tahun sehingga menyebabkan hal yang tak lazim, seperti bau tidak sedap dan nyeri pada sekitaran alat vital?
Seorang wanita asal Massachusetts, Amerika Serikat, tidak sengaja meninggalkan Tampon di dalam vaginanya selama dua tahun lamanya. Wanita berusia 22 tahun tersebut membagikan pengalamannya melalui sebuah video pendek di platform media sosial TikTok. Awalnya, ia merasakan sensasi nyeri dan sakit pada sekitaran organ intimnya, kemudian disusul dengan bau tak sedap pada vagina yang tak lazim ia cium.
Awalnya, wanita tersebut menduga bahwa terdapat bakteri yang disebabkan oleh kutu yang terdapat di sekitar organ intimnya. Namun, dua tahun berjalan, rasa sakit pada vaginanya tak kunjung hilang. Pada saat itu juga, wanita tersebut berkonsultasi ke dokter kandungan. Setelah diselidiki, dokter menemukan adanya tiga buah Tampon yang tersangkut di bawah leher rahim wanita itu. Ketika Tampon dikeluarkan, sang wanita tersebut kesakitan.
Dokter pun mendiagnosis bahwa sang wanita menderita kondisi yang dinamakan Toxic Shock Syndrome, yaitu kondisi yang berakibat fatal dan disbebkan oleh strain bakteri tertentu yang masuk ke dalam tubuh dan melepaskan racun berbahaya.
Gejala yang dialami wanita tersebut adalah keputihan coklat, hijau, kuning, merah muda, dan abu-abu. Keputihan tersebut menyebabkan bau busuk, gatal, dan nyeri di sekitar vagina. Bahkan, sesekali terjadi demam mencapai 40 derajat celcius atau lebih.