Laga Arema vs Persebaya yang berakhir menelan ratusan korban disebabkan berdesakan dan gas air mata polisi membuat Aremania – panggilan suporter Arema, berniat untuk menggugat Panitia Pelaksana (Panpel) Arema vs Persebaya. Bahkan, Aremania sudah berkonsultasi dengan penasihat hukum untuk menentukan langkahnya ke depan. Hal ini dilakukan Aremania atas Tragedi Kanjuruhan yang menelan banyak sekali korban tidak bersalah meninggal dunia.
Aremania menilai harus ada yang bertanggung jawab atas Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada hari Sabtu (1/10/22) kemarin. Aremania pun menegaskan bahwa siapapun itu namanya, entah Panpel atau pihak yang berwenang menanggung jawabi jalannya pertandingan, harus ada yang bertanggung jawab. Bahkan, salah satu Aremania bernama Dersey, mengaku bahwa ada aktor yang menggerakan kerusuhan tersebut.
“Karena tidak mungkin (terjadi) insiden seperti itu apabila tidak ada yang menggerakkan, dan kami betul-betul ingin proses hukum berjalan seadil-adilnya terhadap dulur-dulur kami yang telah meninggal,” ujar Dersey, seperti yang dilansir dari Detikcom.
Ia juga menambahkan bahwa, keberlangsungan pertandingan Arema vs Persebaya sepenuhnya ada di tanggung jawab Panpel. Maka dari itu, entah Panpel atau aparat keamanan disinggung agar dapat bertanggung jawab atas insiden yang terjadi. Pasalnya, Tragedi Kanjuruhan tersebut sudah mencapai skala internasional dan menjadi perhatian bagi para pecinta sepak bola di seluruh dunia.
Sebagai informasi, sebanyak kurang lebih 170 orang meninggal dunia atas kerusuhan yang terjadi pada pertandingan Arema vs Persebaya. Bentrokan bermula saat ada tembakan gas air mata ke arah seluruh tribun yang membuat para suporter berdesakan dan kehabisan nafas saat tengah menyelamatkan dirinya masing-masing. Pemicu kerusuhan tersebut lantas membuat sejumlah Aremania lainnya berupaya lari ke tengah lapangan guna mendapatkan udara untuk dihirup.
Namun nahas, sejumlah Aremania yang berniat untuk menyelamatkan dirinya sendiri malah mendapatkan tindakan arogan dari aparat keamanan gabungan Polisi dan TNI. Selain korban yang kehabisan nafas, ada pun korban pemukulan aparat yang hingga saat ini masih dirawat di rumah sakit setempat.
Insiden tersebut masuk ke rekor insiden terburuk dalam sejarah sepak bola modern di dunia.