Gempa bumi dengan berbagai jenis frekuensi yang terjadi puluhan kali di Gunung Krakatau membuat aktivitas Gunung Krakatau tersebut terpantau berbahaya, dan naik status ke level III (Siaga) per hari Sabtu, 2 Juli 2022 kemarin.
Laporan yang didapat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menunjukkan tanda-tanda bahaya dari Gunung Api Anak Krakatau yang terletak di Kab/Kota Lampung Selatan tersebut.
Di waktu yang sama, ada empat jenis gempa yang berbeda yang terjadi di wilayah Gunung Krakatau tersebut. Disinyalir Gunung Krakatau sempat mengalami 3 kali gempa hembusan, dengan amplitude 9 hingga 20 mm, serta durasi gempa selama 7 sampai 30 detik.
Ada pula gempa-gempa yang terjadi sebanyak 20 kali dengan Low Frequency amplitudo 16 sampai 49 mm, juga gempa yang tercatat dengan durasi lama mencapai 6 sampai 16 detik terhitung per hari Sabtu lalu.
Satu kali gempa tremor menerus dengan amplitudo 1-10 mm dan dominan di 1 mm kemudian menyusul peristiwa-peristiwa gempa sebelumnya. Hal tersebutlah yang kemudian status Gunung Krakatau naik menjadi Siaga III.
Dari hasil pemantauan kegempaan Anak Krakatau pada periode 90 hari terakhir, jumlah gempa low frequency dan hembusan bahkan sempat capai jumlah ratusan kali per tanggal 26 Juni 2022.
Dengan adanya kenaikan status tersebut, PVMBG menginformasikan kepada masyarakat dan para pendaki untuk tidak beraktivitas di sekitar wilayah gunung tersebut hingga keadaan di sekitarnya bisa disebut aman kembali.
Cuaca Gunung Anak Krakatau hingga saat kini dilaporkan kerap berawan disertai hembusan angin lemah ke arah timur laut, dengan suhu udara mencapai hingga 26-26.1 derajat celcius, kelembaban 54 sampai 59 persen.
Gunung yang terletak di perairan Selat Sunda di antara Provisi Banten dan Lampung tersebut disinyalir memang selalu rawan menimbulkan bencana dan gempa-gempa harian. Tak jarang juga terjadinya erupsi kecil yang sudah biasa terjadi, seperti pada hari Jumat, 1 Juli 2022 kemarin, yang menyebabkan gunung tersebut mengeluarkan abu vulkanik sekitar 500 meter di atas puncak.
Maka dari itu, masyarakat dihimbau waspada per status gunung tersebut naik menjadi siaga.