Banyak istilah-istilah modern terkait parenting yang baru saja kita dengar akhir-akhir ini. Salah satunya adalah strict parents. Secara umum, strict parents sendiri adalah salah satu contoh pola asuh orang tua yang ketat, menempatkan standar, dan memberikan tuntutan yang tinggi pada anak.
Standar dan tuntutan yang tinggi pada anak membuat anak tidak responsif, hal tersebut juga disinyalir akan membawa dampak negatif bagi sang anak. Contoh lain dari orang tua tipe strict parents adalah mereka yang kerap menggunakan ancaman agar membuat anak patuh pada perintahnya.
Penelitian berpendapat bahwa gaya pengasuhan anak yang responsif akan menghasilkan kualitas anak yang baik, sedangkan gaya pengasuhan strict parents yang otoriter dan penuh tekanan akan membentuk karakter anak yang rendah diri dan mengalami berbagai masalah dalam mental dan perilaku ke depannya.
Lantas seperti apa sih ciri-ciri strict parents? Apakah Anda salah satu nya? Yuk simak poin-poin di bawah ini
- Memiliki banyak aturan ketat dan menuntut.
- Menuntut anak untuk mematuhi secara membabi buta harapan orangtua.
- Tidak membiarkan anak mempertanyakan otoritas orangtua.
- Menghukum berat karena melanggar aturan apa pun.
- Dingin, tidak responsif terhadap anak.
- Menggunakan kata-kata yang memalukan dan kasar.
- Tidak membiarkan anak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
- Memiliki harapan tinggi yang tidak realistis.
- Tidak mentolerir kesalahan.
- Merasa orangtua selalu benar.
- Tidak ada pilihan komunikasi secara terbuka.
- Kepatuhan dinilai sama dengan cinta.
- Tidak ada bentuk hubungan memberi dan menerima, artinya hanya ada bentuk kontrol penuh.
Perlu diketahui pula bahwa dampak yang ditimbulkan bagi anak akan berbahaya, salah satunya anak jadi cenderung mengalami depresi. Anak-anak akan kehilangan kesempatan untuk menginternalisasi disiplin diri dan tanggung jawab. Hal tersebut dikarenakan anak merasa dikekang oleh orang tuanya.
Selain itu, anak juga tidak akan memiliki rasa empati yang besar ke depannya, itu disebabkan karena orang tua mereka melakukan hal yang sama kepada mereka. Anak justru akan cenderung menjalani dan meneladani sikap orang tua. Maka, ketika orang tua berteriak, anak pun akan melakukan hal yang sama ke depannya.
Pola asuh otoriter tersebut bisa merusak hubungan antara orang tua dan anak. Maka dari itu ada baiknya bagi para orang tua, hindarilah pola asuh strict pada anak, dan jadilah orang tua yang komunikatif serta responsif.