Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, kali ini tengah menjadi sorotan publik usai dirinya diterpa berbagai desakan untuk segera mengundurkan diri. Awalnya, ia menolak angkat kaki dari kursi kekuasaan, meski desakan lengser kian kencang. Alhasil terjadilah undur diri ramai-ramai dari berbagai Menteri di kabitnetnya.
Sebanyak 10 menteri yang mengundurkan diri di antaranya Menteri Keuangan Rishi Sunak, Menteri Kesehatan Sajid Javid, Menteri Urusan Anak dan Keluarga, Will Quince, Menteri Muda Transportasi Lura Trott, dan Menteri Sekolah Robin Walker.
Sebagian besar Menteri tersebut mengundurkan diri lantaran sudah menganggap pemerintahan yang dipimpin Johnson tidak dapat dipercaya lagi.
Di saat pemerintahan Inggris tengah goyang, akhirnya Boris Johnson setuju untuk mundur dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Inggris. Keputusannya tersebut seiring dengan keinginan partainya sendiri. Partai Konservatif tersebut menyatakan bahwa harus ada pemimpin baru partaim dan Perdana Menteri yang baru pula.
Sebagaimana diketahui, Johnson terpilih menjadi Perdana Menteri Inggris karena ia adalah pemimpin partai yang memenangkan kursi terbanyak dalam pemilihan umum. Hal tersebutlah yang kemudian membuatnya ditunjuk sebagai Perdana Menteri oleh Ratu.
Desakan mundur dari publik dan Menteri-menteri lainnya terjadi setelah skandal terbaru yang mencoreng nama pemerintahan Johnson. Skandal tersebut melibatkan seorang anggota parelemennya yang merupakan sekutunya di Partai Konservatif Britania Raya, Chris Pincher.
Pincher sendiri sejak satu minggu yang lalu sudah di-skors. Ia diselidiki oleh badan pengawas parlemen terkait tuduhan pelecehan seksual setelah meraba-raba kedua orang pria yang tengah dalam keadaan mabuk.
Kejadian itu berlangsung pada hari Rabu, 29 Juni 2022 saat ia tengah menghadiri acara The Conservative Friends of Cyprus, organisasi relawan Partai Konservatif Britania Raya. Laporan pelecehan seksual tersebut diketahui seorang anggota parlemen yang kemudian melaporkannya ke Chris Heaton-Harris, seorang sekretaris parlemen.
Skandal tersebut kemudian merembet ke Johnson. Menurut Express, mengutip juru bicara kantor sekaligus tempat tinggal PM Inggris, ia telah di-briefing sejumlah complain terkait perilaku Pincher di 2019, ketika hendak memilihnya di 2022.
Dampak dari kejadian tersebut adalah, sejumlah Menteri mengajukan resign massal dari pemerintahannya, dan membuat desakan Johnson untuk mundur semakin kuat.