‘Sutradara Terganteng’ atau merujuk kepada nama Andi Bachtiar diduga melakukan kasus kekerasan kepada seorang kru film perempuan. Kasus tersebut mencuat di jagat linimasa Twitter dan membuat heboh netizen. Hal itu lantas membuat netizen menebak-nebak kode atau inisial kepada sosok pelaku kekerasan yang diduga memiliki julukan ‘Sutradara Terganteng’ tersebut.
Seiring ramainya kabar kekerasan yang beredar, cuitan lawas Joko Anwar kepada Andi Bachtiar akhirnya muncul kembali ke permukaan, di mana Andi Bachtiar menyebut dirinya ‘Sutradara Terganteng’, di mana cuitan tersebut dibalas oleh Joko Anwar dengan kalimat “Dan ter-PEDE”. Cuitan tahun 2010 tersebut kemudian ditemukan netizen dan di-up kembali di berbagai linimasa.
Siapa itu Andi Bachtiar?
Dengan beredarnya informasi mengenai kekerasan tersebut, lantas banyak kru film yang turut membela korban dan berupaya untuk menempuhnya ke jalur hukum. Sontak para netizen yang belum mengetahui siapa sosok Sutradara Terganteng tersebut berbondong-bondong mencari tahu siapa sebenarnya yang memiliki julukan itu.
Berikut adalah informasi mengenai Andi Bachtiar, dan sepak terjangnya di dunia perfilman Tanah Air.
Muhammad Andi Bachtiar Yusuf Siswo atau yang lebih dikenal dengan nama Andi Bachtiar Yusuf, lahir pada 15 Januari 1974 di Jakarta. Lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran ini memulai debut penyutradaraannya pada tahun 2003 dengan menggarap film-film pendek. Titik awal karier sutradaranya terjadi pada tahun 2005 lalu, ketika film pendek garapannya Hardline, terpilih menjadi wakil Indonesia untuk kumpulan film pendek Piala Dunia 2006.
Setelah sepak terjangnya tersebut, Andi Bachtiar dikenal sebagai sutradara yang kerap membuat film bergenre olah raga. Hal ini sejalan dengan produktifitas sang sutradara, yang mulai berani menelurkan film-film mayor. Karya-karyanya di rentang waktu 2007 hingga 2014 lalu, seringkali mengangkat olah raga sebagai tema utama dalam filmnya. Seperti contoh The Jak (2005, film documenter), The Conductors (2008, film documenter), Romeo Juliet (2009), Hari Ini Pasti Menang (2013) Garuda 19 (2014), dan Mata Dewa (2018).
Meski banyaknya film yang sudah ia buat, tindakan kekerasan terhadap seseorang dengan dalih apapun tidak bisa dibenarkan, terlebih dalam dunia profesionalitas pekerjaan.